Editorial 4 : Buku Arsitektur

 

Sudah tidak asing bagi kita semua untuk menikmati secarik kata yang berdansa pada lembaran-lembaran putih. Huruf-huruf bertinta hitam disusun sedemikian rupa oleh penulis menjadi buku yang dapat dinikmati pembaca. Bahwasanya medium ini kian berevolusi dan beradaptasi pada era digital. Tidak lagi hanya dalam permainan kata-kata, tetapi buku juga memiliki spektrum visual sebagai bekal penulis. Pada akhirnya, tidak hanya pesan yang ingin disampaikan dalam bukunya yang patut diperhatikan, melainkan bagaimana seorang penulis bernalar dalam lembaran-lebaran putih ini.

 

Pertanyaan di atas mungkin perlu dilihat dari perspektif tersendiri ketika menggunakan buku arsitektur sebagai tolak ukurnya. Arsitektur yang bergerak dalam bahasa ‘ruang’ melibatkan problematika maupun langkah taktis bagi penulisnya. Bahasa ruang yang cenderung terbilang asing ini selalu diusahakan untuk dikemas dengan rapi kepada penikmatnya yang tidak sedikit masih awam sehingga tidak mudah untuk menentukan bagaimana buku arsitektur yang terbilang ‘baik’. Tidak sedikit juga penulis yang berinovasi untuk mencerminkan pola pikirnya melalui buku arsitektur.

 

Sepanjang tahun 2016 beberapa biro arsitek Indonesia telah menerbitkan buku. Buku yang ditulis oleh praktisi-praktisi ini dapat berperan menjadi portfolio atau catatan pinggir dalam perjalanan merancangnya. Ia menjadi portfolio ketika berisi dokumentasi karya-karya dan menjadi catatan pinggir ketika berisi kumpulan gagasan sepanjang proses berarsitektur. Fenomena ini seolah menjanjikan kita bahwa melalui buku kita dapat mengikuti dinamika dunia arsitektur.

 

Pada editorial ke-empat ini, Konteks.org akan berusaha untuk menjabarkan makna ‘buku’ dalam arsitektur. Bagaimana pelaku arsitektur memandang publikasi buku arsitektur? Mengapa dan untuk siapa kita merancang sebuah portfolio? Bagaimana arsitektur sebaiknya dikemas dalam sebuah buku? Dan akhirnya, apakah buku masih bisa membuat kita mengikuti dinamika dunia arsitektur di tengah derasnya informasi digital?

 

Jadi, untuk enam bulan ke depan, kami mengundang pembaca untuk membahas buku dan kaitannya seputar arsitektur melalui sudut pandang dan pengalaman masing-masing.

 

Selamat merangkai kata pada lembaran putih.

 

Redaksi

 

Login dahulu