Reportase DiskusiKonteks #1: Publikasi Online dan Perannya pada Arsitektur Kita

Lima pelaku dan satu pengamat membahas peran publikasi online pada arsitektur kita.

Author

“Apakah kecepatan akses yang dimiliki oleh publikasi online membuat kita semakin dekat atau malah menjauhi arsitektur?” Pertanyaan itu mengawali acara DiskusiKonteks#1: Publikasi Online dan Perannya pada Arsitektur Kita, Sabtu,  22 Maret 2014, di Serambi Salihara. Diskusi ini menampilkan pemateri  Rafael Arsono (peneliti publikasi online arsitektur), Ivan Nasution (Ruang), Mande Austriono (InfoArsitek), Muh Darman (Ruang17), Putri Kusumawardhani (JongArsitek!), dan Robin Hartanto (Konteks).

Latar Belakang Setiap Publikasi Online

Sebelum berdiskusi, masing-masing publikasi online menceritakan konsep serta latar belakangnya.

Ivan Nasution menceritakan konsep awal pendirian RuangRuang diasuh oleh tiga orang: Ivan Nasution, Yusni  Aziz, dan Giri Narasoma. Ivan memaparkan bagaimana Ruang berusaha untuk melepas prakonsepsi dan praduga pada isu arsitektur sehingga pembaca  yang disasar pun luas, tidak selalu dari dunia arsitektur.

 Ia menceritakan perkembangan Ruang secara kronologis di antara kemunculan publikasi online yang lain. Setelah diinisiasi pada 2009, Ruang terbit pertama kali pada Februari 2010. Pada dua terbitan awal, Ivan mengakui bahwa Ruang masih berorientasi pada ITB, almamaternya. Semua kontributor masih berasal dari sana. Pada edisi ketiga, Ruang sudah bisa mengajak kontributor lain dengan cara membuat undangan dan open call paper. Sampai edisi delapan yang baru saja terbit bulan Maret ini, Ruang telah memiliki 36 kontributor dan 16 narasumber  dari 13 kota, 9 negara, dan 3 benua.

Ruang terbit dengan topik berbeda di setiap edisinya. Mulai dari topik “Ruang” sebagai edisi pertama sampai edisi terakhir dengan topik “Preservasi”.

Publikasi online kedua adalah Info Arsitek  yang diwakili oleh Mande Austriono. Info arsitek didirikan oleh ia sendiri serta Almaviva Landjanoen pada Juni 2011. Mande menyebutkan bahwa Info Arsitek muncul karena minimnya info arsitektur yang disampaikan dengan gaya santai. Target pembaca Info Arsitek juga diharapkan umum bukan hanya dari dunia arsitektur.

Pada presentasinya, ia menyebutkan beberapa cara untuk mencapai itu dengan menyajikan artikel yang ringan, info tentang acara seputar arsitektur, info lowongan pekerjaan, juga database beberapa arsitek.

JongArsitek! terbit pertama kali pada tahun 2008. Sebagai presentator ketiga JongArsitek! diwakili oleh Putri Kusumawardhani. JongArsitek! didirikan oleh Danny Wicaksono, Paskalis Khrisno Ayodyantoro, dan Rafael Arsono. Putri, yang akrab disapa Botie, memaparkan, “Ketakutan akan hilangnya diskusi antar sesama arsitek menjadi alasan utama berdirinya JongArsitek!. Pada setiap edisinya, JongArsitek! tidak selalu mengangkat tema arsitektur yang spesifik. Beberapa kali, JongArsitek!  mengangkat konten yang berhubungan dengan peristiwa yang sedang terjadi. Contohnya ketika mendekati Hari Kartini, JongArsitek! (edisi 2.1) mengumpulkan arsitek wanita untuk menulis.

Pada presentasinya, Botie bercerita tentang beberapa kegiatan Jong Arsitek! yang menekankan pentingnya komunitas. Misalnya pada acara Rumah-rumah Tanpa Pintu, pengurus Jong Arsitek banyak bertemu dan berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.

Publikasi online keempat adalah Konteks yang diwakili oleh Robin Hartanto. Konteks diinisasi oleh David Hutama. Selanjutnya, Robin Hartanto dan Andreas Anex mematangkan konsep dan mengasuhnya. Mereka berdua mengajak lima orang mahasiswa UPH sebagai redaktur.

Konteks yang mulai terbit pada tanggal 24 Januari 2014 hadir untuk mengungkap hubungan antara arsitektur dan berbagai segi kehidupan, bukan sebagai objek yang berdiri sendiri.

Robin bercerita bahwa Konteks memiliki empat rubrik untuk ketertarikan yang berbeda. Rubrik Sketsa memuat hal-hal ringan dan sehari-hari, rubrik Tampak memuat ulasan karya atau acara, rubrik Perspektif memuat berbagai pandangan mengenai isu arsitektural dan rubrik Kolase yang memuat hubungan antara arsitektur dengan disiplin ilmu lain.

Publikasi online kelima adalah Ruang17  yang dipresentasikan oleh Muh Darman, penggagas sekaligus pengasuh tunggal. Ruang17 hadir karena kegelisahan Darman melihat banyaknya artikel serta publikasi arsitektur yang membahas hal umum. Akhirnya ia membuat Ruang 17 sebagai publikasi arsitektur yang membahas hal-hal yang belum pernah diliput.

Darman menyampaikan beberapa  hal yang ada di Ruang17. Ada liputan, onlineshop, juga freemagz. Ia ingin menyebarkan informasi arsitektur ke daerah luar Jawa, sehingga freemagz menjadi sarana untuk membagi informasi arsitektur kepada masyarakat di luar Jawa.

Presentator terakhir adalah Rafael Arsono, salah satu pendiri JongArsitek!. Ia diundang sebagai pengulas karena tesisnya di Politeknico di Milano membahas tentang perkembangan publikasi online di dunia. Dalam tesisnya, publikasi online dibagi menjadi empat kategori: printed-based architectural news (contohnya The Architectural Review), web-based architectural news (contohnya Archdaily), Personal Blogs (contohnya Archi-ninja) dan Architectural Network (contohnya Architonic).


Suasana DiskusiKonteks#1

Bagaimana Peran Publikasi Online?            

Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Andreas Anex selaku moderator berkaitan dengan tema diskusi yaitu peran publikasi online terhadap arsitektur kita. Bagaimana publikasi online berperan? Bisakah ia mempengaruhi dunia praktik yang offline?

“Bisa, namun memerlukan proses yang panjang,” jawab Robin. Ia kemudian membeberkan bahwa Konteks memiliki dua hal utama yang perlu diperhatikan untuk mencapai itu. Hal pertama adalah penulisan yang “membumi” , karena kebanyakan tulisan arsitektural membahas serta menggunakan istilah yang asing sehingga sulit bagi orang awam untuk menikmatinya dan menjadi sulit pula untuk memberikan dampak yang nyata. Kemudian yang kedua adalah aktualitas juga harus diperhatikan karena salah satu kelebihan publikasi online adalah kecepatan orang untuk mengaksesnya sehingga akan lebih baik jika kontennya aktual.

Muh Darman berpendapat bahwa publikasi online bisa mempengaruhi dunia praktik. Ia kemudian mengambil contoh dari salah satu tulisannya di blog Ruang 17, Benni di Tegel Kunci”.  Pada halaman tulisan tersebut ada komentar dari pembaca yang bilang bahwa ia menjadi paham tentang rentang waktu pengerjaan tegel kunci yang memakan waktu lama. “Ini contoh nyata, dia menjadi sadar bahwa proses membuat tegel kunci itu tidak cepat,” kata Darman.

Kemudian berlanjut pada Mande, “Bisa saja, masalahnya bagaimana kita menyampaikan info itu secepatnya”. Menurutnya, Indonesia masih kekurangan info arsitektur yang terkini, sehingga sangat disayangkan jika para arsitek menolak untuk mempublikasikan karya-karya mereka yang informasinya sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Sangat disayangkan jika pada akhirnya informasi arsitektur terkini hanya mampu diakses melalui website dari luar negeri.

Botie menjelaskan bahwa JongArsitek! mampu mempengaruhi dunia praktik melalui komunitas yang mereka kembangkan bersama. “Ibarat pelita kami sudah mencapai pembangunan lima tahun, tinggal bagaimana menyikapi komunitas ini untuk ke depannya, hal itu yang masih dicari hingga sekarang.”

“Mempengaruhi dengan cara mengubah cara pandang tentang arsitektur,” Sambung  Ivan Nasution. Pembaca dari Ruang umumnya adalah kaum muda dan mahasiswa sehingga peluang itu ia jadikan untuk mengubah pemikiran generasi muda yang masih haus akan pengetahuan dan informasi. Memasyarakatkan arsitektur dengan menampilkan tulisan yang ringan juga bisa menjadi kunci untuk mempengaruhi dunia praktik arsitektur.

Hal selanjutnya yang didiskusikan adalah tentang pembiayaan dari setiap publikasi online. Mayoritas dari mereka memilki penyokong dana, baik yang berasal dari pribadi, instansi, atau berupa donasi dari pembaca setia. Beberapa publikasi online seperti JongArsitek! dan Ruang 17juga memilki online shop yang bisa digunakan sebagai sumber pemasukan tetap. Ada pula yang menggunakan publikasi periklanan melalui situs dan Twitter untuk mendapat dana tambahan seperti Info Arsitek.

Mande Austriono menjelaskan tentang latar belakang dan konsep Info Arsitek

Wacana dari Setiap publikasi Online

Memasuki sesi tanya jawab, Kamil, salah seorang penonton, bertanya mengenai wacana yang diusung oleh masing-masing publikasi online yang hadir dan mau dibawa ke mana wacana tersebut pada akhirnya.

Arah wacana Ruang17 adalah berita yang belum pernah diliput sebelumnya dan mayoritas akan meliput daerah di luar Jawa karena sudah banyak publikasi online yang meliput hanya di sekitar Jawa. Sedangkan JongArsitek! merasa proses recollecting data serta tema yang aktual menjadi wacana yang ingin mereka usung. Mengedukasi masyarakat tentang industri arsitektur, hal tersebut yang dijadikan wacana dan fokus dari Info Arsitek. Untuk Konteks, hal-hal yang mengitari arsitektur dan membentuk suatu wacana arsitektur itu yang ingin dijadikan fokus kontennya. Kemudian Ruang menambahkan, wacana yang ingin dituju adalah fokus pada tema tertentu di setiap edisinya.

Ulasan Rafael Arsono

Rafael Arsono mengulas publikasi online yang hadir secara umum berdasarkan konten, format serta presentasi yang mereka lakukan. Menurutnya,format publikasi online menjadi hal yang menentukan. Misalnya dengan menggunakan format pdf, hal itu menghambat terbentuknya diskusi. Berbeda ketika format dibuat menyerupai webpage sehingga setiap pembaca bisa saling berdiskusi dan menanggapi tulisan secara langsung. Melalui publikasi semacam itu juga, masyarakat diajak untuk lebih berani dan terbuka dalam berpendapat ketimbang jika bertatap muka secara langsung.  Kemudian, keberadaan sketsa serta kedalaman informasi menjadi hal yang penting untuk menentukan kualitas dari sebuah tulisan. Gambar dan sketsa juga bisa dijadikan warna tersendiri bagi setiap publikasi online. Selain itu, penghargaan terhadap kontributor juga merupakan hal yang menarik, bukan hanya penghargaan secara materil, tetapi bisa juga dengan cara menyediakan ruang untuk profil kontributor.

Rafael menambahkan bahwa tidak harus semua publikasi online menjadi serius tetapi bisa juga menambahkan beberapa sketsa atau gambar dengan misi tertentu. “Yang penting semua tetap konsisten dengan arahnya yang jelas,” ujar Rafael menutup sesi diskusi hari itu.

Baca juga Rafael Arsono: Publikasi Arsitektur adalah Sebuah Arsitektur

 



comments powered by Disqus
 

Login dahulu