
Di tengah sajian ratusan karya arsitektur, World Architecture Festival (WAF) 2014, Singapura, menampilkan juga apa yang akan menjadi lompatan-lompatan berikutnya dalam arsitektur. Anda boleh menyukainya atau tidak, namun bersiaplah menghadapinya karena hal-hal tersebut akan segera tiba di hadapan Anda.
1. 3D Laser Scanner yang siap membuat model virtual seisi dunia.
Model 3D Scanner oleh Luma 3Di
“Tinggal menunggu waktu saja sampai kita membuat model virtual utuh seisi dunia,” Pernilla Ohrstedt, desainer yang berbasis di London, berkata dalam presentasinya di sesi Future Forecast: Tomorrow’s materials today, World Architecture Festival 2014.
Ambisi besar yang tampaknya perlu upaya yang amat besar itu tidak akan sesulit kedengarannya. Membuat model 3D dari sebuah tempat atau bangunan, dengan perangkat 3D Laser Scanner, akan sama mudahnya dengan mengambil gambar menggunakan kamera.
3D Laser Scanner menggunakan teknologi point cloud. Ratusan ribu titik akan ditembakkan oleh perangkat tersebut. Titik-titik itu memetakan informasi jarak dan warna yang akan memungkinkan kita membuat model utuh dari suatu tempat. Informasi tersebut kemudian ditransfer ke perangkat lunak dari masing-masing penyedia, dan bisa ditransfer ke Rhino, Sketchup, AutoCad, dan perangkat lunak 3D lainnya. Kemampuan pemetaan bergantung pada perangkatnya. Pada perangkat Faro Laser Scanner Focus 3D Laser Scanner, misalnya, mampu memetakan hingga 976.000 titik/detik dengan jarak maksimal 130 meter dan marjin kesalahan kurang lebih 2 milimeter.
Aplikasi dari perangkat ini cukup luas. Pernilla mengungkapkan kemungkinan alat ini bergabung dengan mobil tanpa pengendara. Saya sendiri membayangkan bagaimana alat itu berkombinasi dengan drone. Scanlab Projects, salah satu biro yang fokus bereksperimen dengan menggunakan perangkat ini, telah melakukan berbagai proyek akademis maupun komersial yang menunjukkan ragam kemungkinan dari penggunaannya. Salah satu contohnya adalah Shipping Galleries, Science Museum, London, di mana mereka memetakan isi sebuah pameran temporer lengkap bersama ruangan-ruangannya.
Video 3d model dari pameran Shipping Galleries oleh ScanLAB Projects.
Dalam aplikasi yang lebih praktis, perangkat ini akan memudahkan pemetaan tapak. Otoritas kepolisian juga bisa menggunakannya untuk mendokumentasikan kejadian perkara. Google, melalui Project Tango, juga telah mengembangkan teknologi point cloud sebagai salah satu proyek eksepimental mereka. Tujuan proyek ini adalah mengsinergikan teknologi point cloud dengan telepon genggam.
2. Kaca yang bisa jadi transparan atau buram hanya dengan menekan tombol.
Salah satu produk menarik yang dipamerkan di WAF 2014 adalah material kaca yang bisa jadi transparan atau buram sesuai keinginan. Kita bisa membuat ruangan menjadi publik atau privat secara visual dengan menekan saklar, seperti sebuah tirai yang instan.
Pada dasarnya, sistem kaca ini bekerja menggunakan film PDLC (Polymer Dispersed Liquid Crystal) yang diselipkan di antara dua lembar kaca biasa. Ketika tombol OFF ditekan (buram), posisi molekul-molekul yang ada dalam film tersebut menjadi acak sehingga memblok aliran cahaya. Sedangkan, ketika tombol ON ditekan (transparan) dan arus listrik diberikan, molekul-molekul di film tersebut menjadi paralel sehingga meneruskan cahaya.
Salah satu aplikasi potensial dari produk ini adalah pada ruang rapat yang membutuhkan fleksibilitas tinggi antara privat dan publik.
3. Aplikasi yang bisa menampilkan model sesuai waktu.
Old College: A WINDOW ON THE PAST
Old College: A WINDOW ON THE PAST adalah aplikasi informatif yang dikembangkan oleh Luma 3Di bekerjasama dengan University of Edinburgh. Aplikasi ini berisi informasi yang menceritakan sejarah kompleks kampus University of Edinburgh. Walaupun belum dikembangkan menjadi perangkat lunak yang bisa digunakan siapa saja untuk menghasilkan informasi serupa, presentasi arsitektural dari aplikasi ini tampak memikat dan menjanjikan.
Tampilan pertama dari aplikasi ini adalah kompleks lapangan terbuka dengan sebuah bangunan kecil yang digunakan sebagai gereja. Keterangan yang tertera pada gambar adalah “c.1200s: Origins and foundation of the Church”. Pada bagian bawah, tampak slider berbentuk kotak kuning yang bisa Anda geser. Ketika menggeser slider itu, tampilan visual dari kompleks tersebut akan berubah sesuai dengan layer waktu yang ditunjuk oleh slider. Dari lapangan terbuka dengan hanya 1 bangunan, kompleks tersebut berkembang menjadi rangkaian bangunan yang mengelilingi lapangan. Pada setiap tampak kompleks, terdapat juga keterangan bangunan yang bisa diklik untuk menampilkan teks yang menjelaskan bangunan tersebut.
Old College: A WINDOW ON THE PAST
Anda bisa mengunduh aplikasi ini gratis di Apple Store atau Play Store. Luma 3Di mempresentasikan aplikasi ini di WAF 2014.
4. Kaca transparan yang menyatu dengan panel solar.
Skylight fotovoltaik di pasar makanan di Bejar (Salamanca) (foto: Onyx Solar)
Investasi yang mahal serta penampilan yang kurang aduhai membuat panel solar masih jarang dilirik, apalagi di Indonesia. Namun, kaca transparan yang sekaligus merangkap sebagai panel solar bisa jadi produk yang menjanjikan.
Dengan membuat panel solar jadi satu dengan kaca, bangunan tidak perlu mengkompromikan penampilannya demi memproduksi energi. Produk tersebut kemudian bisa diterapkan untuk macam-macam elemen, entah itu dinding, atap, maupun lantai.
Onyx Solar, salah satu perusahaan yang mengembangkan produk tersebut, memamerkan produknya di WAF 2014. Dengan mendapatkan cahaya matahari yang optimal, satu meter persegi sistem kaca Onyx bisa menghasilkan 20-40 kW/jam setiap tahunnya, setara dengan 10.000 jam bola lampu hemat energi 20 watt. Transparansi kacanya bisa mencapai 30%.
5. Headset yang bisa membawamu ke mana saja.
(Foto: Luma 3Di)
VR (Virtual Reality) headset menjadi perkembangan terbaru paling memukau dari teknologi visualisasi tiga dimensi. VR headset memungkinkan kita mengalami “langsung” suatu tempat, baik nyata maupun imajiner, dengan memaksimalkan pengalaman audio dan visual dari representasi yang dihadirkan.
Samsung telah mengembangkan produk VR Headset-nya yang kompatibel dengan Samsung Galaxy Note 4, digunakan terutama untuk menonton video dan game. Sony juga mengembangkan headset serupa untuk konsol Playstation 4. Sementara pengembangan VR headset masih akan berpusat pada industri game dan gadget, perangkat tersebut akan dengan sendirinya memberikan kemungkinan baru dalam dunia arsitektur.
Presentasi untuk klien, misalnya, tidak lagi hanya akan mengandalkan gambar dan video, melainkan juga pengalaman virtual real-time. Selain itu,VR headset juga akan mengubah cara kita menampilkan arsitektur dalam pameran, museum, artikel majalah, serta moda presentasi lainnya. Apalagi dengan dukungan kehadiran teknologi 3D Scanner, maka virtual tour dari tempat-tempat menarik di dunia, misalnya tujuh keajaiban dunia atau karya-karya arsitektur yang nan jauh di sana, akan terasa semakin dekat. Dan ketika semua itu bisa dilakukan real-time, mungkin kita sudah melangkahkan satu kaki melewati pintu ke mana saja.
Baca juga: Gemerlap Festival Arsitektur Dunia