Cosmas Gozali

Buku dari sudut pandang seorang arsitek, Cosmas Gozali.

Author
Buku untuk Cosmas Gozali

Tim Konteks berkesempatan melakukan wawancara dengan Arch. Dipl. Ing. Cosmas D. Gozali, IAI, pada tanggal 4 Januari 2017 di Atelier Cosmas Gozali, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Arya Cipta Graha

Tentu banyak cara untuk memperkenalkan biro arsitektur kepada masyarakat umum, salah satunya adalah dengan sarana publikasi buku, baik secara cetak maupun digital. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menggali apakah pengaruh yang dihasilkan dari publikasi buku bagi biro arsitektur.

Untuk menjadi seorang arsitek seperti sekarang ini, Cosmas tidak pernah lepas dari  kerja keras, dimulai dengan keputusannya untuk berkuliah di Wina, Austria. Baginya adalah suatu keuntungan dapat berkuliah di negara tersebut, di mana persentase hadir mahasiswa hanya 15%, dan selebihnya tergantung pada mahasiswa. Hal ini lantas dijadikan Cosmas sebagai kesempatan untuk mencari penghasilan, karena sang ayah hanya membiayai kehidupannya untuk setahun pertama, selebihnya ia harus berusaha sendiri. Cosmas bahkan memiliki 3 pekerjaan sekaligus semasa kuliahnya, yaitu bekerja pada profesornya, memberikan kursus ilmu ukur ruang untuk teman dan seniornya, dan bekerja sebagai drafter dengan media rapido. Semasa kuliah, Cosmas merupakan mahasiswa yang cerdas, ini terbukti dengan beasiswa yang didapatkannya dari Yayasan Katholik. Selesai berkuliah, Cosmas memilih untuk menetap di Austria, sambil bekerja dengan profesornya, sampai suatu hari ia kembali ke Indonesia untuk berlibur dan melihat bahwa ada kesempatan untuk membuka biro bersama saudaranya. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama dan ia memutuskan untuk berpisah dan mendirikan bironya sendiri. Dengan kerja kerasnya, Cosmas berhasil membuat namanya dikenal di dunia arsitektur Indonesia dan mendapatkan tanggung jawab proyek, dari rumah tinggal hingga perkantoran.

Cosmas adalah sosok yang senang membaca buku, namun sayangnya toko buku di Indonesia jarang memperlihatkan buku arsitektur lokal, berbeda dengan negara lain yang dengan bangga menjejerkan buku arsitektur lokalnya di etalase depan toko. Hal ini menarik perhatian Cosmas untuk mengeluarkan buku yang berjudul, ‘Soul of Space’, sekaligus merayakan 20 tahun perjalanan karirnya, pada tahun 2014 silam.

Buku seperti sebuah sertifikat, seseorang yang mengeluarkan buku seharusnya sudah diakui secara publik- Cosmas Gozali

Cosmas Gozali

 

Cosmas Gozali for Esquire Magazine @RichardGartodus
 

Cosmas berharap buku ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan arsitek di Indonesia. Cosmas senang membagi ilmu, dan salah satu caranya adalah dengan membuka kursus untuk mahasiswa arsitektur, agar mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui kualitas yang diakui secara internasional. Cosmas menuturkan bahwa pendidikan arsitek di Indonesia saat ini masih mengkhawatirkan, dengan kurikulum yang semakin dipadatkan mahasiswa dapat menyelesaikan kuliah dengan waktu yang lebih singkat, hal ini tentu akan mempersempit pengetahuan mahasiswa. Padahal di sisi lain, menurutnya pengetahuan struktur dan material seorang arsitek haruslah 2/3 dari orang sipil, dengan maksud agar desain seorang arsitek dapat dibangun.

Dalam buku ini, Cosmas membahas tentang space, sebuah bagian penting yang harus diketahui dalam arsitektur. Dalam setiap karyanya, ia bukan membuat suatu gaya, melainkan suatu ruang dengan jiwa. Tidak heran bahwa ada kliennya yang berkata, mereka dapat duduk setiap hari di tempat yang sama, namun mereka dapat melihat suatu hal yang baru dan berbeda setiap harinya. Inilah yang dimaksud Cosmas sebagai suatu ruang bukan sesuatu yang membosankan. Dalam setiap desainnya Cosmas juga selalu terdapat ruang hijau dan cross ventilation. Hal ini sangatlah penting, dimana orang yang bersentuhan dengan alam dapat bekerja lebih produktif, karena manusia sendiri adalah bagian dari alam.  Cosmas bersyukur karena ada suatu hasil yang dapat dirasakan banyak orang, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Cosmas Gozali selallu berusaha untuk membuat suatu karya yang unik, memang tidaklah mudah di tengah tantangan masyarakat Indonesia yang sulit untuk menerima suatu hal yang baru.

Masyarakat Indonesia cenderung untuk menjadi trend-follower­ ketimbang menjadi trend-setter- Cosmas Gozali

Cosmas tidak ragu untuk menjadi trend-setter, salah satunya dengan memperkenalkan suatu hal yang minimalis pada tahun 1991. Dalam setiap karyanya, Cosmas berusaha menekankan filosofi lokal yang digabungkan dengan gaya modern. Contohnya saja usaha Cosmas dalam merenovasi Vila Ganesha, Bali. Terletak tersembunyi di balik hutan tropis, lereng bukit dan sungai kecil, di sudut kota Ubud, jauh dari ramainya hiruk pikuk kota. Mempertahankan jiwa arsitektur bangunan Bali yang sudah ada dan mewujudkan sebuah surga tersembunyi – a hidden paradise. Renovasi ini adalah bentuk pembangunan ulang struktur kayu menjadi cor beton modern. Nuansa tradisional yang menyatu dengan alam dipadukan dengan nuansa modern pada elemen ruangan, baik dari segi penggunaan teknologi masa kini maupun pengaplikasian pada interior bangunan, di mana budaya lokal harus dilestarikan dan di sisi lain memiliki keseimbangan dengan gaya modern, tidak merusak alam dan tetap mempertahankan kenyamanan bagi penghuni.

Soul of Space

Sukses pada buku pertamanya, ‘Soul of Space' membuat beliau tak ragu untuk membuat buku yang kedua, yang direncanakan akan terbit pada tahun 2018. Jika buku yang pertama membahas jiwa dari suatu ruang, buku berikutnya akan lebih membahas kreatifitas seorang arsitek yang tidak boleh terbatas. Di mana dalam praktinya, seorang arsitek harus dapat mempertahankan desainnya, tidak melulu menuruti keinginan klien. Jadi, dapat dilihat bahwa buku tidak hanya sebagai sarana publikasi dari biro arsitektur, tetapi dapat digunakan sebagai sarana untuk berbagi ilmu dan pengalaman, seperti yang dilakukan oleh Cosmas Gozali.

 

Editor : Carry Kosasih


comments powered by Disqus
 

Login dahulu