
Pandangan Dong Gong mengenai limitasi/batasan dalam arsitektur
Feature artikel ini adalah jawaban yang diberikan oleh Dong Gong sewaktu sesi forum diskusi dalam acara Anabata Live Series dengan tema “Beyondaries: Beyond Boundaries” pada tanggal 24 Agustus 2019 di Titan Center, Bintaro.
Selama 12 tahun berlangsungnya studio milik beliau, arsitek yang menjadi pendiri Vector Architects di Beijing, Cina ini sudah melewati berbagai masalah/batasan dalam industri arsitektur. Pada setiap karyanya, ia percaya bahwa limitasi/batasan tidak selalu dilihat sebagai suatu hal yang mempunyai konotasi negatif. Misalnya, masalah teknis dapat menghambat waktu pengerjaan sehingga deadline perlu diperpanjang. Namun, bisa saja ada suatu pelajaran yang berharga dari pengalaman mengatasi masalah teknis tersebut.
“The limitation is for me, it’s almost like, it’s a constraint, but it’s also energy, something you can borrow from, you can borrow energy from. When you don’t have a limitation in architecture, it’s hard to design. For example, I give you a piece of paper and just say, you draw the best building for me, no, it’s almost like impossible. So, limitation is a hidden energy for architecture, that’s my personal idea and understanding.” jelasnya Dong Gong mengenai artinya batasan bagi beliau.
Untuk menanggapi gambaran dalam makna “limitasi” pada seminar tersebut, ia menggunakan dua contoh proyek, masing-masing dengan medan kesulitannya tersendiri. Pertama adalah instalasi pada arsenale dalam La Biennale di Venezia 2018, dan yang kedua, Captain’s House.
Connecting Vessel dalam La Biennale di Venezia 2018
Maket Seashore Library berada di dalam instalasi firma Vector Architects pada La Biennale di Venezia 2018 (sumber foto : La Biennale di Venezia)
Instalasi Vector Architects pada arsenale dalam La Biennale di Venezia 2018 dinamakan “Connecting Vessel”. Di tengah instalasi yang terbuat dari wire mesh logam dan joint baja ini adalah sebuah model arsitektural bernama Seashore Library. Bangunan ini dipilih oleh Vector Architects karena keunikan tingkatan energi sosial yang dipancarkan, dan hanya dari sebuah ruangan yang kecil. Perpustakaan yang berlokasi dekat dengan pantai ini sebelumnya hanya direncanakan untuk 75 pembaca, namun sekarang, bangunan ini kedatangan 3000 orang setiap hari dari berbagai negara.
Seashore Library adalah sebuah bangunan - berisi fasilitas perpustakaan, area meditasi dan drinking bar - yang berlokasi tepat berseberang dengan laut. Jumlah user diperkirakan mencapai beberapa orang saja, namun seiring waktu, bahkan sekumpulan orang dari berbagai negara pun ingin datang ke bangunan tersebut untuk menikmati pengalaman di sekitar bangunan tersebut. (sumber foto : Archdaily)
Untuk proyek beliau yang pertama, dikarenakan Dong Gong dan timnya perlu melakukan pengerjaan desain instalasinya di Venice, ia perlu mencari tempat khusus. Namun, salah satu peraturan yang telah diberikan pada arsenale La Biennale di Venezia 2018 adalah untuk melakukan seluruh pengerjaan desain di Milan, sekaligus mengikutsertakan kontraktor dan insinyur struktural lokal dari Italia.
Mendengar bahwa semua proses produksi ini mutlak dilakukan di Milan, ia mulai tertarik dengan apa yang membuatnya menjadi pusat produksi by-parts untuk acara-acara seperti arsenale dalam La Biennale di Venezia 2018. Ternyata, semua sistem produksi bersifat highly digitized. Contohnya, menggunakan teknologi laser cut, dan terutama, segala hal yang mengedepankan “unitized production” dan transportasi efisien dari pabrik hingga ke site.
Jika dibandingkan pada pengalaman Dong Gong sewaktu bekerja sebagai arsitek di Cina, dia berkata bahwa memang negaranya sudah mempunyai kota-kota seperti Beijing dan Shanghai, dimana secara kapabilitas industrial dan teknikal sudah cukup berkembang. Namun, karena dia belum terbiasa dengan sistem berkembang yang digunakan oleh negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Eropa, maka dia perlu beradaptasi lagi dengan sistem yang baru seketika proyek instalasi ini dibuat di negara asing.
Captain’s House (2017)
Salah satu bangunan yang bernama Captain’s House berada di sebuah lokasi dimana terdapat banyak rumah-rumah yang berasal dari zaman Dinasti Qing 500 tahun lamanya (sumber foto : Archdaily)
Untuk bangunannya yang kedua, Captain’s House merupakan sebuah proyek renovasi pada tahun 2017 untuk keluarga seorang kapten yang merupakan bagian dari keluarga Dinasti Qing. Bangunan ini bertempat dalam kompleks perumahan Dinasti Qing dan juga dekat dengan pinggir laut. Uniknya, dengan adanya penambahan lantai 3, rumah ini menjadi elemen aksis antara kota yang sibuk pada arah belakang rumah dan juga kompleks perumahan yang sunyi pada arah depan rumah. Lantai 3 ini diberikan perbedaan yang sangat signifikan diantara rumah-rumah disana, yakni sebuah atap yang bersifat seperti barrel roof. Selain Lantai 3 ini, Lantai 1 dan 2 tidak diubah sama sekali.
Atap Captain’s House yang berbentuk seperti barrel roof sangat berbeda dibandingkan atap rumah-rumah disekitarnya, yakni berbentuk datar ataupun hanya seperti prisma segitiga biasa (sumber foto : Archdaily)
Proyek kedua, yakni yang bernama Captain’s House, mempunyai tingkatan limitasi yang unik. Secara konteks, site yang ditentukan berada di lokasi dimana terdapat banyak rumah yang masih tergolong bagian dari Dinasti Qing – sebuah kerajaan yang berlangsung 300 tahun lamanya. Dengan demikian, lebar jalan masih bersifat kurang ramah dengan transportasi besar, apalagi alat konstruksi yang diperlukan untuk mempercepat dan mempermudah proses pembangunan pada zaman sekarang.
Disinilah, Dong Gong mengupayakan sistem pengerjaan yang lebih manual, walaupun dikarenakan situasi ini, para tukang perlu berjalan jauh – dari sumber dimana mereka dapat mengolah bahan seperti semen dengan alat konstruksi, dan kemudian menuju ke lokasi site sambil memikul semen dalam ember di atas pundak mereka.
Akhir kata – pandangan orang mengenai cara pikir Dong Gong terhadap arsitektur
Mungkin beberapa orang, bahkan banyak, akan mengomentari bahwa perlakuan seperti ini kurang ideal. Adapun juga orang yang dapat berprasangka bahwa sistem konstruksi yang Dong Gong lakoni lebih mengarah kepada yang “handmade”. Akan tetapi, menurut dia, ini hanya hal yang berbeda.
Dia berpikir bahwa tugas seorang arsitek adalah mencoba untuk menjelajah sebuah situasi. Kemudian, dimana hal-hal baik kiranya dapat diangkat dari limitasi/batasan dalam situasi tersebut, disitulah muncul nilai dalam menjadi seorang arsitek.
Tentunya, sebelum seorang arsitek pernah melewati berbagai limitasi/batasan dalam setiap proyeknya, arsitek tersebut pasti mempunyai sebuah pemikiran mendasar mengenai apa itu arsitektur. Setelah itu, mereka dapat mempunyai filosofi desain dalam upaya untuk menggambarkan arsitektur sebagai suatu hal yang dapat dipahami orang lain. Ini merupakan jawaban dari Dong Gong, penemu firma arsitek Vector Architects di Beijing, Cina.
“Well, for me, I think that is the most difficult question of the day. I don’t have an answer. I think architecture, for me, is something very complex, I don’t think keywords work. You know, I try to answer these such kinds of questions 5 years ago or 7 years ago, but now when I look back, I think I was naïve. So, I refuse to answer this question. I think that’s the amazing part of architecture, it’s just complicated, very complicated, and it just needs forever struggle for architect, you just have to be ready for that, that’s my answer.”