
“Bayangkan Anda sedang berada di sebuah kota bernama Auromode Apartments. Pada saat yang sama, Anda juga berada di dalam sebuah kota yang bernama Auroville.”
Dari kutipan diatas, mungkin akan sedikit canggung bagi Anda yang membaca. Lho, kok jadi “kota-ception” (sebuah plesetan terinspirasi dari film “Inception”). Sebenarnya, ada tiga alasan dibalik fenomena ini. Bagaikan sebuah kota, penginapan ini memiliki fasilitas yang menyokong sektor perekonomian sekaligus pusat lapangan kerja, unit-unit residensial yang berbeda dan transisi ruang penuh dengan landmark dan path yang bervarian “rasa”.
Bertempat pada lingkup kontekstual hutan belantara membutuhkan sebuah konsep perkotaan pada penginapan tersebut - sebuah tempat dimana beberapa kebutuhan penting dapat terpenuhi meskipun berada jauh dari toko-toko lokal. Pula juga pusat lapangan kerja untuk menyediakan kebutuhan penting tersebut. Misalnya, ada fasilitas klinik perawatan gigi, fashion studio, studio pembelajaran berbagai hobi seperti yoga dan juga tempat busana baju, di mana bahkan ada pabrik pembuatan bajunya tersendiri.
Auro Dent (singkatan dari Auro Dentist) merupakan satu-satunya klinik pengobatan gigi di seluruh Auroville
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
To Be Two – sebuah tempat souvenir baju sekaligus usaha untuk memperbaiki ekonomi pegawai setempat
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Salah satu tempat proses desain baju untuk To Be Two dalam kompleks Auromode Apartments
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Dalam teori perkotaan, ada elemen “district”/kawasan dimana setiap kompleks dapat memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) – melalui referensi interior ataupun eksterior. Auromode Apartments mengadakan dua tipe penginapan yang berada pada premis yang sama: single-based dan juga collateral-based, yakni seperti sistem apartemen.
Collateral-based villa tersebut mempunyai 3 lantai
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Di dalam apartemen menggunakan fasad dan layout desain ruangan interior yang sama
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Sewaktu mengitari kompleks penginapan tersebut, tak disadari bahwa desain pada setiap single-based villa berbeda. Jika melihat dari atas, bentuk atap pada setiap single-based villa berbeda, sehingga pola roofscape-nya tidak monoton. Contohnya, ada yang diselubungi oleh atap berbentuk piramida, dan adapun yang mempunyai atap berbentuk datar.
Beberapa single-based villas yang menggunakan atap berbentuk piramida
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Salah satu single-based villa diantara banyak yang mempunyai atap berbentuk datar
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Bahkan, dalam upaya membedakan satu single-based villa dengan yang lainnya, mereka mengupayakan fasad yang berbeda wujud. Salah satu contohnya adalah perbedaan antara fasad bangunan yang “telanjang” dan fasad bangunan yang tertutupi oleh tanaman hijau di depan halaman.
Fasad single-based villa ini ditutupi oleh berbagai rerumputan berukuran tinggi
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Fasad single-based villa ini tidak ditutupi oleh apapun, dengan demikian seakan-akan fasad menjadi “telanjang”
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Begitupun cara menelusuri “entrance”, yakni ada yang membiarkan “user” untuk berjalan langsung ke pintunya, ada “user” yang perlu menaiki tangga terlebih dahulu untuk memasuki kamarnya, dan adapun yang memaksa “user” untuk memutari beberapa single-based villa, melewati beberapa taman, hingga melewati sebuah balkon yang memberikan pemandangan penuh Auromode Apartments, dan pada akhirnya, sampailah mereka di kamar mereka.
Tangga unik yang terkesan seperti tangga misionaris kurvilinier hanya bisa dinaiki dan dituruni satu orang untuk memasuki “entrance” salah satu single-based villa
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
User menuju ke kanan (kiri atas), lalu menemukan sebuah jalur yang terbatasi oleh kolam ikan di bagian kiri dan residensi di bagian kanan (kanan atas), berikutnya, sampailah mereka kepada sebuah persimpangan (kiri bawah) dan akhirnya, tiba ke tangga yang menerus ke balkon di atas (kanan bawah)
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Pada balkon di atas, sebelum memasuki entrance pintu kamar di sebelah kiri, “user” diberikan sedikit kecapan pemandangan sekitar di sebelah kanan
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Agar setiap residen mengetahui dimana residensi mereka berada, desain layout tempat ini menjadi penuh dengan landmark dan juga elemen transisi ruang/path bervarian “rasa”.
Transisi ruang pada saat perpindahan ke tempat lain juga sedikit tidak biasa di tempat tersebut. Terdapat yang dibentuk seperti plaza sehingga pengunjung dapat memilih banyak opsi untuk berpindah ke banyak tempat.
Pada “entrance” Auromode Apartments, transisi ruang yang berwujud seperti plaza ini dapat menjadi tempat berkumpul banyak penginap sebelum menuju ke tempat-tempat lain diluar penginapan
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Namun, ada transisi ruang yang tiba-tiba menyempit seperti gang, sehingga pengunjung perlu berjalan pelan-pelan dan berhenti sejenak untuk berpikir ke arah mana yang mereka ingin tujui.
Di sebelah kiri single-based villa yang tertutupi oleh dinding batu bata adalah sebuah ruang transisi dengan pohon yang seakan-akan menghalangi jalan masuk
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Berjalan semakin ke dalam, skala ruang semakin menyempit, seperti sebuah gang yang membuka ke beberapa jalur lainnya
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Pada akhirnya, mengarah ke 2 arah (berjalan dari arah sebelah kiri) lainnya
(foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Sebelum artikel ini berakhir, sekarang coba.
“Bayangkan Anda sedang berada di sebuah kota Alam Sutera dimana memiliki fasilitas yang menyokong sektor perekonomian sekaligus pusat lapangan kerja, unit-unit residensial yang berbeda dan transisi ruang penuh dengan landmark dan path yang bervarian rasa. Pada saat yang sama, Anda juga berada di dalam sebuah kota Tangerang.”
Gasing kecil di depanmu berputar-putar, namun, berhenti dalam sesaat. Berakhirlah mimpimu mengenai “kota-ception”. Sebuah kota Auromode Apartments dalam kota Auroville.
sumber gambar: https://www.justdial.com/Pondicherry/Auromode-Apartments-Opposite-CSR-Auromode-Auroshilpam-Auroville/0413PX413-X413-161223104551-C8F8_BZDET)
“Bayangkan Anda sedang berada di sebuah kota bernama Auromode Apartments. Pada saat yang sama, Anda juga berada di dalam sebuah kota yang bernama Auroville.”
Dari kutipan diatas, mungkin akan sedikit canggung bagi Anda yang membaca. Lho, kok jadi “kota-ception” (sebuah plesetan terinspirasi dari film “Inception”). Sebenarnya, ada tiga alasan dibalik fenomena ini. Bagaikan sebuah kota, penginapan ini memiliki fasilitas yang menyokong sektor perekonomian sekaligus pusat lapangan kerja, unit-unit residensial yang berbeda dan transisi ruang penuh dengan landmark dan path yang bervarian “rasa”.
Bertempat pada lingkup kontekstual hutan belantara membutuhkan sebuah konsep perkotaan pada penginapan tersebut - sebuah tempat dimana beberapa kebutuhan penting dapat terpenuhi meskipun berada jauh dari toko-toko lokal. Pula juga pusat lapangan kerja untuk menyediakan kebutuhan penting tersebut. Misalnya, ada fasilitas klinik perawatan gigi, fashion studio, studio pembelajaran berbagai hobi seperti yoga dan juga tempat busana baju, di mana bahkan ada pabrik pembuatan bajunya tersendiri.
Auro Dent (singkatan dari Auro Dentist) merupakan satu-satunya klinik pengobatan gigi di seluruh Auroville (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
To Be Two – sebuah tempat souvenir baju sekaligus usaha untuk memperbaiki ekonomi pegawai setempat (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Salah satu tempat proses desain baju untuk To Be Two dalam kompleks Auromode Apartments (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Dalam teori perkotaan, ada elemen “district”/kawasan dimana setiap kompleks dapat memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) – melalui referensi interior ataupun eksterior. Auromode Apartments mengadakan dua tipe penginapan yang berada pada premis yang sama: single-based dan juga collateral-based, yakni seperti sistem apartemen.
Collateral-based villa tersebut mempunyai 3 lantai (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Di dalam apartemen menggunakan fasad dan layout desain ruangan interior yang sama (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Sewaktu mengitari kompleks penginapan tersebut, tak disadari bahwa desain pada setiap single-based villa berbeda. Jika melihat dari atas, bentuk atap pada setiap single-based villa berbeda, sehingga pola roofscape-nya tidak monoton. Contohnya, ada yang diselubungi oleh atap berbentuk piramida, dan adapun yang mempunyai atap berbentuk datar.
Beberapa single-based villas yang menggunakan atap berbentuk piramida (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Salah satu single-based villa diantara banyak yang mempunyai atap berbentuk datar (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Bahkan, dalam upaya membedakan satu single-based villa dengan yang lainnya, mereka mengupayakan fasad yang berbeda wujud. Salah satu contohnya adalah perbedaan antara fasad bangunan yang “telanjang” dan fasad bangunan yang tertutupi oleh tanaman hijau di depan halaman.
Fasad single-based villa ini ditutupi oleh berbagai rerumputan berukuran tinggi (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Fasad single-based villa ini tidak ditutupi oleh apapun, dengan demikian seakan-akan fasad menjadi “telanjang” (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Begitupun cara menelusuri “entrance”, yakni ada yang membiarkan “user” untuk berjalan langsung ke pintunya, ada “user” yang perlu menaiki tangga terlebih dahulu untuk memasuki kamarnya, dan adapun yang memaksa “user” untuk memutari beberapa single-based villa, melewati beberapa taman, hingga melewati sebuah balkon yang memberikan pemandangan penuh Auromode Apartments, dan pada akhirnya, sampailah mereka di kamar mereka.
Tangga unik yang terkesan seperti tangga misionaris kurvilinier hanya bisa dinaiki dan dituruni satu orang untuk memasuki “entrance” salah satu single-based villa (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
User menuju ke kanan (kiri atas), lalu menemukan sebuah jalur yang terbatasi oleh kolam ikan di bagian kiri dan residensi di bagian kanan (kanan atas), berikutnya, sampailah mereka kepada sebuah persimpangan (kiri bawah) dan akhirnya, tiba ke tangga yang menerus ke balkon di atas (kanan bawah) (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Pada balkon di atas, sebelum memasuki entrance pintu kamar di sebelah kiri, “user” diberikan sedikit kecapan pemandangan sekitar di sebelah kanan (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Agar setiap residen mengetahui dimana residensi mereka berada, desain layout tempat ini menjadi penuh dengan landmark dan juga elemen transisi ruang/path bervarian “rasa”.
Transisi ruang pada saat perpindahan ke tempat lain juga sedikit tidak biasa di tempat tersebut. Terdapat yang dibentuk seperti plaza sehingga pengunjung dapat memilih banyak opsi untuk berpindah ke banyak tempat.
Pada “entrance” Auromode Apartments, transisi ruang yang berwujud seperti plaza ini dapat menjadi tempat berkumpul banyak penginap sebelum menuju ke tempat-tempat lain diluar penginapan (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Namun, ada transisi ruang yang tiba-tiba menyempit seperti gang, sehingga pengunjung perlu berjalan pelan-pelan dan berhenti sejenak untuk berpikir ke arah mana yang mereka ingin tujui.
Di sebelah kiri single-based villa yang tertutupi oleh dinding batu bata adalah sebuah ruang transisi dengan pohon yang seakan-akan menghalangi jalan masuk (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Berjalan semakin ke dalam, skala ruang semakin menyempit, seperti sebuah gang yang membuka ke beberapa jalur lainnya (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Pada akhirnya, mengarah ke 2 arah (berjalan dari arah sebelah kiri) lainnya (foto diambil oleh: Edgard Jeremy)
Sebelum artikel ini berakhir, sekarang coba.
“Bayangkan Anda sedang berada di sebuah kota Alam Sutera dimana memiliki fasilitas yang menyokong sektor perekonomian sekaligus pusat lapangan kerja, unit-unit residensial yang berbeda dan transisi ruang penuh dengan landmark dan path yang bervarian rasa. Pada saat yang sama, Anda juga berada di dalam sebuah kota Tangerang.”
Gasing kecil di depanmu berputar-putar, namun, berhenti dalam sesaat. Berakhirlah mimpimu mengenai “kota-ception”. Sebuah kota Auromode Apartments dalam kota Auroville.