
Tahun 2019 merupakan sebuah tahun pencapaian bagi Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH). Pasalnya, di akhir tahun 2019 kemarin, Arsitektur UPH baru saja melaksanakan sebuah kerjasama dengan Seoul National University of Science and Technology (SeoulTech) di Korea Selatan dalam bentuk pertukaran pelajar. Yang menjadi spesial adalah program pertukaran pelajar ini merupakan yang pertama kali yang pernah dilaksanakan oleh Arsitektur UPH. Apa itu program pertukaran pelajar? Program pertukaran pelajar atau yang biasa dikenal dengan sebutan student exchange program merupakan sebuah ajang bagi mahasiswa/i yang berasal dari sebuah universitas untuk mendapatkan kesempatan belajar di universitas lainnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Program pertukaran pelajar ini ada yang dilaksanakan secara nasional dan internasional. Berbeda dengan study tour (anjangkarya), program pertukaran pelajar biasanya dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih lama, entah satu bulan, satu semester, bahkan satu tahun. Sebuah keuntungan yang bisa didapatkan oleh partisipan adalah mereka tidak hanya belajar melalui tatap muka di sekolah, melainkan mereka juga dapat menjelajahi negara lain guna menambah ilmu pengetahuan.
Adapun kesempatan ini hanya dapat diberikan untuk empat mahasiswa/i saja. Kami adalah Gilbert Antonious, Jessica Lee, Jesslyn Amanda, dan Nathanael Christopher Ng yang merupakan mahasiswa/i Arsitektur UPH angkatan 2017. Kami melaksanakan program pertukaran pelajar dari bulan Agustus hingga Desember 2019. Seperti apa sih rasanya belajar Arsitektur di sekolah lain? Keseruan apa saja yang dialami selama berada di Korea Selatan? Inilah kisah kami.
Campus Life
Gerbang area kampus SeoulTech
(Foto oleh Gilbert Antonious)
Tanggal 28 Agustus 2019, keempat mahasiswa dan mahasiswi Arsitektur UPH telah tiba di depan gerbang SeoulTech bersama dengan anak-anak pertukaran pelajar lainnya dari berbagai macam negara. Ada yang berasal dari Cina, Jerman, Belgia, Polandia, Mongolia, Rusia, dan sebagainya. Mereka semua disambut oleh buddy dari International Student Club (ISC) SeoulTech yang merupakan sebuah klub berisikan orang-orang Korea yang dapat berbahasa Inggris dan ingin membantu pelajar asing selama studi mereka di SeoulTech. Sistem buddy ini disediakan oleh SeoulTech guna membantu para mahasiswa/i pertukaran pelajar dalam mengenal area kampus dan sekitarnya.
SeoulTech juga menyediakan beberapa bangunan asrama sebagai tempat tinggal bagi mahasiswa/i yang sedang melaksanakan pertukaran pelajar ini. Asrama-asramanya terletak di dalam area kampus dan masing-masing terdiri dari beberapa macam tipe kamar. Biaya asrama yang ditawarkan SeoulTech terbilang wajar, sehingga tidak terlalu membebani mahasiswa/i yang ingin tinggal di asrama. Kebutuhan sederhana para pelajar dapat diperoleh dengan mudah di dalam area kampus, seperti minimarket untuk berbelanja perlengkapan sederhana dan cemilan, serta kafetaria yang menyediakan sarapan, makan siang, dan makan malam para pelajar. Di luar dari itu, ada banyak restoran dan tempat komersial lainnya yang buka di sekitaran area luar kampus.
Akses kendaraan umum berupa bus juga disediakan di dalam area kampus, sehingga memudahkan para pelajar untuk bepergian ke mana-mana, khususnya ke stasiun kereta bawah tanah. Walaupun kawasan kampus yang sangat luas (hampir 4x UPH), para mahasiswa/i bepergian dari kelas ke kelas dengan berjalan kaki. Dan uniknya mereka memiliki kebiasaan menggunakan skuter dan sepeda juga.
Kegiatan di dalam kampus tidak hanya sekonvensional kegiatan belajar-mengajar, melainkan mereka juga mengadakan beberapa festival dan perayaan yang berkaitan dengan perayaan-perayaan nasional. Di Korea Selatan, para penduduknya merayakan sebuah perayaan yang mereka sebut sebagai Chuseok – sebuah tradisi di mana setiap hari ini merupakan festival panen yang mereka adakan pada pertengahan musim gugur. Chuseok merupakan festival besar-besaran dan merupakan hari libur nasional bagi penduduk Korea Selatan. SeoulTech dan ISC turut berperan mengajak para pelajar internasional untuk ikut merasakan kemeriahan Chuseok dengan cara mengadakan festival di dalam kampus. Di dalam festival ini, para pelajar internasional bisa menikmati permainan-permainan tradisional serta belajar cara membuat makanan-makanan tradisional khas Korea Selatan. Selain Chuseok, SeoulTech juga memiliki festival musim semi dan musim gugur. Festival ini merupakan sebuah acara musik sebagai hiburan sejenak bagi mahasiswa/i. Di sinilah klub-klub musik dan seni menunjukkan keterampilan mereka, seperti klub band, nyanyi, dan tari. Tidak hanya itu, setiap festival selalu ditutup dengan kemeriahan konser dari penyanyi ternama di Korea Selatan.
Tampilan salah satu gedung asrama di SeoulTech dan festival musim gugur.
(Foto oleh Jessyln Amanda)
Belajar
Secara garis besar, sistem belajar-mengajar di SeoulTech tidak jauh berbeda dengan UPH atau dengan kampus-kampus konvensional pada umumnya. Akan tetapi yang berbeda tentu saja berada pada lingkungan belajarnya. Berbicara mengenai belajar dalam ranah arsitektur, SeoulTech memiliki sistem studio yang cukup berbeda dengan yang diterapkan di UPH. Berbeda dengan UPH yang di dalam satu studionya terdapat seluruh mahasiswa/i dari angkatan yang sama, di SeoulTech sistem studionya dibagi menjadi beberapa kelas dan masing-masing kelas hanya berisikan kurang lebih 12 orang. Setiap kelas dikepalai oleh seorang profesor dan sistem ini sama dengan sistem pembagian kelompok dosen di UPH.
Foto ruang studio arsitektur di SeoulTech
(Foto oleh Gilbert Antonious)
Topik studio yang dibahas di SeoulTech pada masa pertukaran pelajar ini sama dengan yang dibahas dalam studio Desain Arsitektur 3 (DA3) di UPH, yaitu mengenai Co-Living. Namun, dalam proyek Co-Living di SeoulTech ditujukan untuk pengguna yang berstatus pelajar, pebisnis muda, dan pasangan yang baru menikah. Di sini yang menjadi tantangan adalah menciptakan sebuah housing yang tidak hanya berfungsi sebagai residensial saja, melainkan bangunan tersebut memiliki fungsi program yang dapat mendukung kegiatan sehari-hari penghuninya dan juga memiliki area komunal yang dapat digunakan bersama oleh penduduk sekitar. Proyek yang dikerjakan secara berkelompok ini terletak di seberang area kampus SeoulTech, sehingga memudahkan akses bagi mahasiswa/i untuk melakukan kunjungan. Produk akhir bagi mahasiswa/i dari proyek ini berupa panel berukuran 1800 x 900mm disertai dengan maket final dari desain bangunan yang diajukan. Berikut beberapa hasil karya dari mahasiswa/i UPH yang belajar di SeoulTech:
Proyek Co-Living oleh Gilbert Antonious, Nathanael Christopher Ng, dan Kim SiHyun.
Proyek Co-Living oleh Jesslyn Amanda dan kawan-kawan.
Proyek Co-Living oleh Jessica Lee dan kawan-kawan.
Tidak hanya belajar di dalam SeoulTech, ada banyak hal lain di luar area kampus di mana mahasiswa/i dapat memperoleh ilmu mengenai arsitektur. Salah satunya adalah dengan cara sering berkunjung ke pameran-pameran arsitektur. Tahun 2019 merupakan tahun diadakannya pameran arsitektur dwitahunan (biennale) Korea Selatan, setelah yang sebelumnya telah diadakan pada tahun 2017 yang lalu. Pameran ini membahas tentang perubahan dan perkembangan kota modern dari segi arsitekturnya. Selengkapnya mengenai pameran dwitahunan ini dapat dibaca di http://www.konteks.org/2019-seoul-biennale-of-architecture-and-urbanism-collective-city.
Beberapa universitas yang memiliki jurusan arsitektur juga mengadakan pameran terbuka bagi karya-karya mahasiswa/i mereka. Salah satu yang kami kunjungi adalah pameran dari Sejong University. Di sini kami menemukan sebuah tradisi unik yang biasa dilakukan oleh mahasiswa/i di Korea Selatan terhadap pameran orang lain yaitu mereka sering memberikan surat ucapan selamat dan hadiah sebagai tanda hasil kerja keras.
Pameran karya arsitektur Sejong University
(Foto oleh Gilbert Antonious)
Berkelana
Selain dari pameran arsitektur, cara terbaik untuk belajar arsitektur adalah dengan mengalami arsitektur itu sendiri, bukan? Begitu pula yang kami lakukan selama menjalani program pertukaran pelajar di Korea Selatan. Kami menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa karya arsitektur ternama khas Korea Selatan dan juga yang dirancang oleh arsitektur mancanegara, seperti Zaha Hadid dan Rem Koolhaas. Jika selama ini kami hanya sering mendengar kemegahan dan keindahan dari karya-karya arsitektur tersebut, kini kami bisa merasakannya sendiri dan membenarkan keindahan dan kemegahannya. Beberapa karya arsitektur tradisional dan modern yang kami kunjungi selama berada di Korea Selatan adalah Gyeongbokgung Palace, Bukchon Hanok Village, Dongdaemun Design Plaza, Leeum Museum, Starfield Library, Ewha Womans University, War Memorial Museum, dan Oil Tank Culture Park.
Starfield Library
(Foto oleh Nathanael Christopher Ng)
Korea Selatan juga terkenal dengan keindahan alamnya. Merupakan negara yang berada di daerah dataran tinggi, Korea Selatan menjadi sebuah wisata favorit bagi turis dalam hal keindahan alam pegunungan, apalagi pada musim gugur. Kami merasa beruntung bisa menikmati keindahan musim gugur ini dari dua gunung ternama di Korea Selatan, yakni Bukhansan dan Naejangsan. Akan tetapi, tidak hanya dinikmati oleh turis saja, ternyata keindahan musim gugur di pegunungan ini juga tidak bosan dinikmati oleh penduduk Korea Selatan walaupun mereka selalu menyaksikan keindahannya dari tahun ke tahun.
Keindahan pemandangan musim gugur di Naejangsan
(Foto oleh Gilbert Antonious)
Bersenang-senang
Sebagian keuntungan dari proses pertukaran pelajar adalah menikmati budaya dan gaya hidup negara kunjungan kita yang sudah pasti sangat berbeda dengan yang ada di negara asal kita. Korea Selatan dikenal dunia dengan industri musiknya, kosmetik dan kecantikan, serta sebagai pusat mode paling bergengsi di Asia. Kami tentunya juga menikmati hal-hal tersebut seperti kunjungan kami ke beberapa tempat bergengsi di Korea Selatan, yakni Myeongdong, Itaewon, Hongdae, Gangnam, Samsung, Common Grounds, dan Busan. Tempat-tempat ini selalu dipenuhi tidak hanya oleh orang Korea Selatan saja, tetapi juga oleh turis-turis dari Cina, Jepang, Indonesia, Filipina, Vietnam, Mongolia, dan bahkan dari barat.
Jalanan Myeongdong yang dipenuhi dengan toko
(Foto oleh Jessica Lee)
Tidak berhenti sampai di situ, kami juga menikmati Korea Selatan dari sisi sejarahnya yang masih sangat kental dengan cara mengunjungi beberapa tempat di Seoul yang berhubungan dengan sejarah dan budayanya. Contohnya Cheonggyecheon Stream, Bukchon Hanok Village, Gyeongbokgung Palace, Jogyesa Temple, Folk Village, dan Gwangjang Market. Bahkan kami juga menikmati Korea Selatan dari sisi tempat hiburan bagi kaum muda, seperti bermain di taman hiburan Lotte World dan Everland, serta menikmati ski di Vivaldi Ski Resort saat musim dingin.
Gerbang Gyeongbokgung Palace
(Foto oleh Jessica Lee)
Pengalaman pertukaran pelajar tentu saja menjadi sebuah kesempatan yang bagus bagi seseorang untuk dapat melihat dunia dengan lebih luas lagi. Akan tetapi, untuk bisa merasakan hal ini diperlukan kemandirian dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup lain yang mungkin belum pernah dirasakan di negara asal. Namun, bisa kami pastikan kepada kalian jika pengalaman ini akan menjadi momen yang paling berharga di dalam hidup di saat kalian kembali ke negara asal dengan membawa ilmu pengetahuan yang lebih banyak. Kami sendiri merasa sangat beruntung bisa menjadi perwakilan Arsitektur UPH untuk belajar di SeoulTech. Cuplikan dari kisah kami juga dapat ditonton di kanal Youtube Arsitektur UPH. Nantikan kisah-kisah pertukaran pelajar seru lainnya di tahun 2020 dan tahun-tahun yang akan datang. Sampai jumpa di petualangan berikutnya...